Inovasi Tape Pisang, Khas dari Kota Pisang Lumajang
Tape pisang Aroma. Foto: Visit LumajangBuah pisang tidak hanya diolah menjadi keripik, tetapi kini memiliki beragam inovasi produk UMKM, terutama di Kabupaten Lumajang yang dikenal sebagai Kota Pisang di Jawa Timur.
UMKM Aroma milik Toyibatur Rochmah di Desa Kalibendo, Kecamatan Pasirian, Lumajang, telah fokus mengolah pisang selama beberapa tahun terakhir. Tidak hanya membuat keripik atau sale, ia juga menghadirkan inovasi tape pisang dengan cita rasa yang tak kalah dari tape singkong pada umumnya.
Ide pembuatan tape pisang muncul karena melimpahnya pisang di Desa Kalibendo, dulunya olahan yang tersedia masih itu-itu saja, sehingga Toyibatur ingin mencoba inovasi yang berbeda.
"Potensi pisang di Desa Kalibendo sangat melimpah, tetapi olahannya masih itu-itu saja, sehingga saya terpikir untuk membuat sesuatu yang berbeda dari biasanya," ujar Toyibatur di Lumajang.
Menurutnya, pembuatan tape pisang cukup mudah dan mirip dengan tape singkong, namun harus memakai pisang kepok matang pohon dengan tingkat kematangan yang tepat agar teksturnya empuk tetapi tidak lembek. Pisang dipilah, dikukus, kemudian diberi ragi, dan setelah 24 jam tape sudah siap dikonsumsi.
Ia menjelaskan bahwa inovasi terus dilakukan agar tape pisangnya lebih tahan lama, yaitu sekitar 3 × 24 jam, karena banyak pesanan dari luar pulau Jawa.
Toyibatur memasarkan tape pisang lewat media sosial dan mendapat respons tinggi hingga ke Surabaya, Sumatera, Papua, dan Sulawesi. UMKM Aroma memproduksi 50–60 kotak per hari dengan harga Rp15 ribu per kotak. Selain tape pisang, UMKM ini juga membuat olahan lain seperti keripik, sale, selai, dbox crispy, carang mas, stik pisang, dan madumongso.
