Piodalan 1939 Caka di Pura Mandara Giri Semeru Agung Lumajang
Rabu 19 Juli 2017, ribuan umat Hindu memadati Pura Mandara Giri Semeru Agung, Kecamatan Senduro, Kabupaten Lumajang. Baik pria maupun wanita berpakaian putih yang menandakan kesucian. Aroma dupa tercium semerbak mewangi di udara, terlihat banyak orang yang berseliweran dengan membawa wadah bambu berhias dan berisi makanan-makanan.
Hari itu adalah prosesi penutup Piodalan Pura, setelah sejak 16 hari sebelumnya rangkaian karya juga digelar di tempat yang sama. Piodalan/Pujawali merupakan seremonial adat untuk memanjatkan syukur atas ulang tahun pura. Dalam setiap rangkaian Piodalan, beragam prosesi agama digelar, juga hiburan seni budaya dan tari-tarian adat khas Bali yang bernafaskan Hindu.
Prosesi di hari terakhir ini adalah prosesi Penyineban. Rangkaian Piodalan sebelumnya juga telah digelar di Pura Watu Klosot di Kecamatan Pasrujambe Lumajang. Ada yang menarik dalam acara terakhir ini, di mana ada tambahan pertunjukan wayang Jawa yang tidak ada di tahun kemarin.
Acara dimulai pukul 7 pagi dan berakhir pukul 11 siang. Di hari terakhir ini banyak umat Hindu yang datang memperebutkan gelang-gelang Tridhattu yang dibagikan pihak pura. Gelang Tridhattu merupakan simbol tiga penguasa Brahma, Wisnu dan Syiwa.
Setelah proses Piodalan, termasuk prosesi Nganyari Pura yang selama pelaksanaannya dihadiri pejabat-pejabat dan masyarakat Bali secara bergantian beberapa hari ini, menurut kepercayaan Hindu akan meningkatkan kesucian pura tersebut.[]