Sejarah Monumen Bom Sebagai Bukti Perstiwa Pengeboman di Pronojiwo
Detik-Detik Sebelum Jatuhnya Bom
Lembaga ini dibentuk sebagai wujud pertahanan rakyat semesta Lumajang untuk mencipatakan keselarasan perjuangan antara pemerintah, TNI, dan rakyat.
Pada awal tugasnya VDKL berpindah ke Pronojiwo sebagai basis pergerakan perlawanan kepada Belanda. Sayangnya Belanda mengetahui hal tersebut dengan cepat.
Pasukan Belanda tentunya tak ingin kecolongan, akhirnya mengirim pesawat untuk menjatuhkan tiga buah bom. Sasaran utama bom dari pesawat Belanda adalah markas VDKL.
Satu bom jatuh di pasar Pronojiwo yang banyak menelan korban warga sipil termasuk anak-anak. Satu bom lain meledak di dekat markas VDKL, dan satu bom terakhir jatuh tepat di halamanan markas VDKL namun tidak meledak.
Ketika bom tersebut jatuh di halaman markas VDKL, ternyata Patih Sastrodikoro sedang memimpin sebuah rapat. Tempat jatuhnya bom yang menelan banyak korban menjadi tempat didirikannya Monumen Bom.
Monumen tersbebut menjadi bukti kemurkaan pasukan Belanda yang membuat warga terluka bahkan hingga meninggal dunia.
Sampai saat ini Monumen Bom kokoh berdiri di tepi jalan raya Pronojiwo tepatnya di depan Polsek Pronojiwo. Sudah sepatutnya kita tidak melupakan perjuangan, tetap mengenang jasa pahlawan untuk mempertahankan wilayah NKRI.