Selamat Jalan Kecik Herniadi, Sang Seniman Legendaris Lumajang
Tolak Tawaran Demi Nasionalisme
Bagi Alm. Kecik, kemajuan dan kelestarian seni dan budaya di negeri sendiri jauh lebih penting. Haram baginya memiliki kreativitas kemudian menularkan untuk negara asing. Lebih-lebih, karya seninya ini boleh dibilang orisinal. Belum banyak seniman yang mengembangkannya.
Beliau juga pernah mengisahkan tawaran itu datang pada 2006, saat itu mendapat amanah mewakili Indonesia dalam pertukaran pelajar Malaysia - Indonesia. Selama satu minggu, di Kerajaan Selangor dirinya melihat berbagai kesenian.
Pak Kecik yang kala itu menjadi wakil Indonesia memperlihatkan karya-karyanya berupa kirna atau ukiran lunak. Melihat hal tersebut, rupanya pihak Malaysia tertarik dengan kemampuannya itu. Mereka ingin mengembangkan karya ukir berbahan dari kertas-kertas daur ulang itu.
Saat itu, Pak Kecik langsung ditawari kontrak dua tahun. Jika kontrak itu diambilnya, maka dia bisa mendapat 100 ringgit Malaysia. Ketika itu, jika dirupiahkan sekitar 250 ribu sehari. Belum lagi fasilitas-fasilitas serba wah yang ditawarkan.
Dalam darahnya, ada mengalir rasa nasionalisme yang kuat. Baginya, menolak tawaran itu adalah bentuk nyata kecintaannya pada negeri dan tanah kelahirannya. Tidak ada kebanggan yang timbul di hati seniman ini, ketika mengajarkan ilmu dan memintarkan warga negara lain.