Mbah So: Perjuangan Tukang Becak Lestarikan Tari Topeng Kaliwungu untuk Generasi Mendatang
Wariskan Ilmu Ke Generasi Muda
Usia yang semakin bertambah membuat tenaga Mbah So menurun, sehingga ia kini mengurangi aktivitasnya sebagai penari dan pelatih Tari Topeng Kaliwungu. Namun, perjuangan Mbah So dilanjutkan oleh murid kesayangannya, Windy Meiliyah.
Visi Windy dalam melestarikan Tari Topeng Kaliwungu mirip dengan Mbah So, yaitu ingin membuat Kabupaten Lumajang dipenuhi dengan penari Topeng Kaliwungu. Untuk itu, Windy melakukan sedikit improvisasi dengan memadatkan durasi tari yang awalnya satu jam menjadi hanya enam menit.
Sekarang hampir semua sekolah di Kabupaten Lumajang memiliki ekstrakurikuler Tari Topeng Kaliwungu. Windy berharap agar generasi muda yang belajar tari ini dapat meneruskan cita-cita Mbah Sanemo dan Mbah So untuk melestarikan Tari Topeng Kaliwungu dan mengenalkannya hingga ke mancanegara.
"Senang sekarang sudah banyak yang nari, semoga ini bisa terus bertambah dan kiprah tari topeng bisa sampai panggung internasional," harap Windy.
Meski regenerasi Tari Topeng Kaliwungu sudah berjalan dengan baik, ada keresahan di hati Windy. Ia merasa banyak apresiasi yang belum diberikan kepada Mbah So dan keluarga Mbah Sanemo. Salah satunya adalah jaminan kesehatan untuk mereka.
Windy merasa tidak adil jika masyarakat mengambil manfaat dari pemikiran dan kerja keras Mbah Sanemo dan Mbah So tanpa memberikan apresiasi yang layak. Windy berharap, ke depannya ada perhatian lebih untuk kedua guru besar tersebut.
Melalui perjuangannya, Windy bertekad agar Tari Topeng Kaliwungu tidak hanya dikenal di Kabupaten Lumajang, tetapi juga di seluruh Indonesia, bahkan di luar negeri. Ia ingin agar tari ini tetap hidup dan berkembang, memberi manfaat bagi banyak orang.