Dear Wanita Indonesia, Mari Belajar dari Kartini Kita
Kartini memandang realitas kehidupan
Kartini memiliki pandangan luar biasa, yang sangat menarik sebagai wanita pribumi terhadap dunia edukasi wanita pribumi. Semua kisah, pemikiran, pandangan dan curahan hatinya tetap terkenang dan tak lekang oleh segala perkembangan zaman. Inilah R.A. Kartini yang terpandang melalui sisi kreativitasnya.
Mari kita tunjukkan kreativitas wanita Indonesia, apa pun itu. Boleh segi komersiil maupun non-komersiil. Selama bisa memberi manfaat kenapa tidak? Ingatlah, pahala ilmu yang bermanfaat akan mengalir sepanjang masa.
Yang terakhir, Kartini sudah memberi sebuah contoh realita kehidupan. Meski ditakdirkan sebagai seorang wanita yang selalu dikorelasikan dengan situasi yang lemah dan pasrah, Kartini tetap bersemangat untuk melanjutkan hidup. Menikah, menjadi istri (K.R.M. Adipati Ario Singgih Djojo Adhiningrat), melahirkan, menyusui, dan menjadi ibu.
Hal inilah yang saat ini menjadi tren pemaknaan emansipasi wanita. Memilih melajang, menjomblo, tidak mau menikah, atau pun punya anak tetapi tidak berkenan untuk menyusui buah hatinya, itu mereka anggap sebagai implementasi emansipasi kartini masa kini. Ini semua berlebihan dan kebablasan.
Kartini tidak demikian. Beliau istri yang berbakti, meski di awal kisahnya Kartini mengkritisi tradisi wanita Jawa yang harus menikah muda dengan jodoh pilihan keluarga. Ternyata di perjalanan hidupnya Kartini berhasil dan mensyukuri situasi hidupnya dengan tetap meneruskan misi besar hidupnya, dengan restu dan dukungan suami tercinta. Hingga pada akhirnya merubah sikap dan mindset-nya tentang adat pernikahan wanita Jawa.
Kartini sukses menjadi istri yang setia, menemani suami di kala susah dan senang, setia sampai ajal membentang dan juga telah berhasil menghadirkan seorang buah hati mereka Soesalit Djojohadiningrat (Panglima Divisi III/Diponegoro di kota Yogyakarta dan Magelang 1 Oktober 1946 - 1 Juni 1948).
Penulis adalah Guru Bahasa Indonesia SMA Negeri 3 Lumajang