Krisis Angkutan Umum di Lumajang: Penumpang Menurun, Armada Terbengkalai
Angkutan Umum di Lumajang? Masihkah Diperlukan?
"Dulu, dalam sehari satu angkutan umum bisa menghasilkan Rp300 ribu. Sekarang hanya sekitar Rp200 ribu. Angkutan ini bertahan karena pedagang dan siswa-siswi sekolah," ungkap Fachri Dwi Kurniawan, salah satu pengelola angkutan.
"Untuk pedagang, rata-rata angkutan hanya terisi 10 orang. Bahkan, ada angkutan yang sering terlihat kosong," imbuhnya.
Kabid Angkutan Dishub Lumajang, Bagong Suharno, mengungkapkan bahwa angkutan umum saat ini hanya melayani beberapa rute tertentu, seperti Yosowilangun, Senduro, Pasirian-Candipuro, dan Klakah-Ranuyoso.
Dalam sehari, angkutan umum rata-rata hanya beroperasi dua kali perjalanan pulang-pergi (PP).
"Orang-orang lebih menyukai naik motor sendiri dibandingkan angkutan umum juga cuma untuk digunakan pedagang," tandasnya, seperti dilansir Radar Jember.
Kondisi ini menjadi pengingat pentingnya menghidupkan kembali angkutan umum sebagai salah satu solusi mobilitas masyarakat di Lumajang.
Keberadaan angkutan umum yang layak dan berfungsi dengan sempurna sangat penting untuk mendukung aktivitas masyarakat, khususnya pedagang dan siswa yang masih bergantung pada transportasi umum satu ini.