Menyusuri Jejak Rel, Ketika Kereta Api Membuka Pintu Sejarah Peradaban di Bumi Lumajang

Perkembangan Transportasi Kereta Api Afdeeling Lumajang
Disamping itu, ada beberapa faktor pendorong dalam perkembangan dan kemajuan transportasi di wilayah Afdeeling Lumajang yang didukung oleh kebijakan umum pemerintah kolonial dalam mengelola angkutan komoditas barang dan angkutan manusia.
Pembangunan jalur kereta api di Jawa dimulai pada masa liberalisasi, dan mempercepat pergerakan barang dan manusia dari pedalaman ke pelabuhan (Anwari, 2017, p.215).
Jalur kereta api Klakah - Pasirian dibangun oleh Staatsspoorwegen, yang memiliki nama lengkap Staatsspoor en Tramwegen in Nederlandsch Indie, merupakan perusahaan jalur kereta api negara dan jalur trem di Hindia Belanda.
Jalur ini mulai beroperasi pada 16 Mei 1896 dengan panjang 36 kilometer dan menggunakan lebar rel 1.067 mm (Weijerman, 1904, p.85). Sejak awal pengoperasiannya jalur kereta api Klakah - Pasirian berfungsi sebagai sarana angkutan barang dan penumpang.
Jalur ini memiliki sembilan titik pemberhentian, termasuk Stasiun Lumajang dan Stasiun Pasirian, serta merupakan cabang dari jalur utama Probolinggo - Jember - Panarukan (Oosterlijnen).
Pembangunan jalur kereta api di wilayah timur Pulau Jawa (Oosterlijnen) bertujuan agar hasil tanam yang bernilai ekspor di wilayah timur Pulau Jawa dapat segera dikirim melalui pelabuhan terdekat, yakni Panarukan dan Probolinggo.
Dibangunnya jalur kereta api pada wilayah Afdeeling Lumajang bertujuan agar proses pengiriman dan pendistribusian hasil tanam di wilayah pedalaman Lumajang menuju ke pabrik, pasar, pelabuhan dan stasiun yang lebih besar dapat terlaksana lebih cepat.